Monday 15 June 2009

Tatap Muka Prabowo Subianto dengan Kalangan Tionghoa


Prabowo Klarifikasi Tidak Terlibat Kerusuhan Mei

Penyelesaian kerusuhan Mei 1998 seolah tak berujung. Setiap tahun muncul desakan mengungkap dalang di balik peristiwa berdarah itu. Setelah 11 tahun berlalu dan kebetulan menjelang Pilpres 2009, Prabowo Subianto dan ribuan masyarakat Tionghoa bertemu.

DILIANTO dan PRIYO H., Jakarta

---

Restoran Nelayan di kawasan Ancol seolah menjadi saksi pertemuan ''rekonsiliasi'' antara Prabowo dan ribuan warga Tionghoa. Prabowo -yang disebut-sebut berperan dalam kerusuhan Mei- tak terlihat tegang dalam pertemuan itu. Dia tampak santai bertemu dengan mayoritas warga yang selama ini diidentikkan korban kerusuhan Mei 1998. Prabowo sesekali menyalami dengan hangat sejumlah peserta dalam acara yang digelar Forum Demokrasi (Fordeka) itu.

Prabowo tak hanya mengklarifikasi keterlibatan dalam kerusuhan Mei dengan paparan secara lisan. Mantan Danjen Kopassus itu juga membagi-bagikan buku berjudul Huru-hara Mei 1998. Karya tulisan Fadli Zon itu selama ini memang dikenal sebagai buku putih berisi pelurusan keterlibatan mantan menantu mantan Presiden Soeharto itu dalam kasus Mei 1998.

Suasana dialog Prabowo dengan warga Tionghoa berjalan gayeng. Acara berlangsung penuh kekeluargaan, bahkan jauh dari kesan kampanye. Prabowo diberi kesempatan berbicara dua jam lebih. Putra begawan ekonomi Profesor Sumitro Djojohadikusumo itu awalnya didaulat untuk menjelaskan visi dan misi kepemimpinannya apabila kelak menang dalam pilpres. Namun, ada peserta yang menyinggung seputar peran dia dalam kasus Mei 1998. Prabowo pun makin berapi-api saat peserta meminta klarifikasi sejumlah tuduhan, mulai posisi militer saat kasus Mei hingga peristiwa penembakan empat mahasiswa Universitas Trisakti saat berunjuk rasa 12 Mei 1998. ''Saya punya tiga pertanyaan, salah satunya adalah klarifikasi atas kerusahan Mei dan penculikan yang dituduhkan ke Bapak,'' tanya Anton, ketua LSM pemuda Tionghoa, kepada Prabowo.

Sejurus kemudian, Prabowo yang berkemeja batik lengan panjang menjawab dengan santai. ''Pertanyaan ini sudah sangat sering saya dengar, tapi tidak apa-apa. Akan saya coba jelaskan,'' ucap Prabowo, lantas tersenyum.

Dia menegaskan tidak bertanggung jawab atas kerusuhan Mei yang telah menimbulkan luka dalam bagi masyarakat Tionghoa. ''Saya memang dituduh melakukan banyak hal, termasuk dituduh melakukan kudeta. Tapi, bukti sejarah menunjukan saya tidak melakukan kudeta karena saya percaya kepada prinsip-prinsip demokrasi,'' ungkapnya.

Menurut Prabowo, saat itu dirinya menjaga stabilitas menjadi fokus utama. ''Saat itu saya adalah pejabat dalam suatu pemerintahan. Setelah itu, ada pergantian rezim. Apa yang oleh satu pemerintahan disebut sebagai penahanan, oleh pemerintahan selanjutnya bisa diartikan sebagai penculikan,'' kata dia.

Namun, sebagai Pangkostad pada saat kejadian tersebut, Prabowo menyatakan sudah mencoba bertanggung jawab, terutama terkait kasus penculikan. ''Saya sudah sangat sering dimintai klarifikasi oleh DPR. Bahkan, saya pun pernah diadili oleh pengadilan militer. Saat itu saya dicopot dari jabatan (Pangkostrad). Tetapi, saya tetap menghormati keputusan tersebut,'' jelasnya, yang kemudian mendapat tepuk tangan dari hadirin. Seperti diketahui, saat pencopotan tersebut Prabowo berpangkat letnan jenderal (Letjen).

Prabowo pun menjelaskan bahwa dirinya hanya menjalankan perintah. ''Itu bukan proyek dan suruhan saya. Karena di atas saya masih ada lagi yang berhak memerintah. Tetapi, saya juga tetap meminta maaf,'' kata dia.

Selain itu, Prabowo meyakini dirinya tidak terlibat dalam kasus penculikan karena empat mahasiswa yang menjadi korban penculikan ternyata ikut bergabung ke dalam Partai Gerindra.
sumber: JawaPos.Com

Labels: , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home